SAATNYA BERBURU BAKAT-BAKAT AKTING - [CLOSED]

Setelah lama menggodok cerita, INI SAATNYA!!! Kami mengundang bakat-bakat akting untuk mengisi peran-peran dalam film pendek berjudul DLICKERING LIGHT & menjadi keluarga besar 89 Project.

!!!CATAT!!!

1 - 2 Oktober 2010 @ Sekertariat PSM UNPAD - Dipatiukur Bandung | 09:30 - 16:00 WIB

3 Oktober 2010 @ Ngeumong cafe & library | Jatinangor | 09:30 - 16:00 WIB

jangan lupa ya kasih tau keluarga, ayah, ibu, kakak, adik, teman, tetangga, pacar... atau siapa saja.

Terima kasih atas dukungan & kunjungan Teman.

Salam Hangat - | 89 Project

HEMOPHILIA A to Z

(H)emophiliac adalah istilah yang dapat digunakan untuk menyebut orang penderita hemofilia.

(E)ngsel, adalah sendi pada lutut, pergelangan kaki, dan siku yang paling mudah rusak. Sendi engsel hanya mempunyai sedikit perlindungan tekanan dari samping. Karenanya, sering terjadi perdarahan di daerah-daerah tersebut.

(M)engabaikan memar dan luka pada penderita hemofilia bisa berakibat fatal. Semakin parah perdarahan, semakin banyak faktor pembeku yang diperlukan. Perdarahan tidak boleh dibiarkan karena pengobatannya akan menjadi berlarut-larut, lebih lama, dan lebih mahal.

(O)lahraga perlu dilakukan penderita hemofilia untuk menjaga otot dan sendi agar tetap kuat. Renang adalah olahraga dengan risiko sangat ringan yang banyak dianjurkan untuk para penderita hemofilia.

SELAMAT DATANG DI BLOG 89 PROJECT

Blog 89 Project akan mengajak kita masuk lebih dalam tidak hanya proses belakang layar film pendek berjudul "Flickering light" semata, namun akan lebih jauh mengetahui informasi tentang hemofilia, atau fakta-fakta menarik tentang dunia "darah".

Blog ini didedikasikan sepenuhnya untuk menunjang penyebarluasan informasi tentang 89 Project dan hemofilia.

Terima kasih atas dukungan & kunjungan Anda.

Salam Hangat - | 89 Project

SMITH STORY

"About seventy or eighty years ago, a woman by name of Smith, settled in the vicinity of Plymouth, New Hampshire, and transmitted the following idiosyncrasy to her descendants. It is one, she observed, to which her family is unfortunately subject, and had been the source not only of great solicitude, but frequently the cause of death. If the least scratch is made on the skin of some of them, as mortal a hemorrhagy will eventually ensue as if the largest wound is inflicted. (…) So assured are the members of this family of the terrible consequences of the least wound, that they will not suffer themselves to be bled on any consideration, having lost a relation by not being able to stop the discharge occasioned by this operation." -(Otto JC. The Medical Repository. 1803;Vol VI (No 1):1-4)-

ROYAL DISEASES

Hemofilia seringkali disebut dengan "The Royal Diseases" atau penyakit kerajaan. Ini di sebabkan Ratu Inggris, Ratu Victoria (1837 - 1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia. Anaknya yang ke delapan, Leopold adalah seorang hemofilia dan sering mengalami perdarahan. Keadaan ini di beritakan pada British Medical Journal pada tahun 1868. Leopold meninggal dunia akibat perdarahan otak pada saat ia berumur 31 tahun. Salah seorang anak perempuannya, Alice, ternyata adalah carrier hemofilia dan anak laki-laki dari Alice, Viscount Trematon, juga meninggal akibat perdarahan otak pada tahun 1928.

SUDAH MEMILIKI OST

"The journey" telah resmi jadi Original Soundtrack Flickering Lighy. Lagu ciptaan Hetza Fadilah atau lebih akrab di panggil Eca ini memang dipesan khusus. Bersama rekan duo dalam "The Foppish", Ari (Ari Toma) berhasil menterjemahkan FL dalam rasa yang berbeda, lirik dan melodi.

Lagu lain yang akan tak kalah oke adalah "Unreal Hope". Bertema kegalauan, Unreal Hope menjadi representasi perasaan Adhella yang paling dalam

Untuk mengunduh, silahkan Klik ikon di side bar

>THE FOPPISH FANS PAGE

Salam Hangat - | 89 Project


Beberapa hari yang lalu Bicky (penulis skenario sekaligus sutradara) memasang status yang menarik. Dia menulis seperti ini:

Script writer 89P ga menuntut banyak:
Mau Tere sebagai pelantun OST

Mau Didi Petet sebagai pemeran Ayah


Mau syuting @Dufan,

pantai Santolo,

planetarium

Mau halaman rumah yang muat 3 mobil

...Mau jendela kaca frameless

Mau Honda Civic



Dan Robby (sang produser) pun berkomentar singkat:
Insya Allah.. :-)

Pak produser maap fotonya agak blur :D

Taraaa.... Akhirnya datang Juga
Perkenalkan namanya Laila Ramdini
Mba UPM yang satu ini begitu dateng langsung disuguhi sinopsis, timeline, dan budgeting sama pak produser....
Hadoh... Hadoh... Tega nian Pak produser neee ^_^v

Senyum girang kebahagian script writer sekaligus sutradara saat merasa project 89 bisa dijadikan ajang meluluskan niatnya untuk jalan-jalan :D

Heran, ngeliat barang yang berserakan di antara crew 89 project


Akhirnya Badan Script Project 89 jadi juga dan sama artinya 89 Project telah melangkahkan kakinya di Draft 1, selamat y....
Semuanya Tetep Semangat ^_^


-Just_V-

Pertama-tama saya minta maaf, karena seharusnya postingan ini dipublish hari Minggu lalu. Tapi karena saya sok sibuk, jadi baru bisa sekarang. Ini pun hanya quick update.

1. Robby, Bicky, Alvi, dan saya menghadiri LA Lights Indie Movie di Dago Tea House tanggal 24 Juli. Materi Scriptwriting dari Lintang Pramudya Wardani, Filmmaking dari Chris Schueler (USA), Directing dari Hanung Bramantyo, dan Hands On Session (Practice) Filmmaking Technique/camera dari Aria Agni sangat bermanfaat, khususnya buat Robby sebagai Produser dan Bicky sebagai Penulis Naskah dan Sutradara.

Hanung Bramantyo memberikan materi Directing

2. Pulang dari Dago, kami ke acara Mangga Malam Mingguan di Story Lab. Kali ini giliran saya dan Alvi sebagai BTS yang dapat ilmu, karena di sana diputar Madame X Behind The Scene. Madame X adalah film komedi terbaru yang diproduseri oleh Nia Dinata. Saat itu hadir sutradara Madame X, Lucky Kuswandi. Alvi sempat mengajukan pertanyaan padanya dan mendapat hadiah DVD film yang langsung dia sembunyikan agar tidak dipinjam Bicky :p
Saat saya dan Alvi menonton Madame X BTS, Robby (jaket putih) menemani Bicky (jaket merah) menjelaskan isi naskah pada Kiky (baju hitam), tak jauh dari Story Lab.  Kiky datang bersama adiknya (baju biru). Maaf jika foto ini gelap karena gelap adalah fitur :p

3. Dari Mangga, kami ke McD Simpang Dago untuk acara "Ngedate santai". Di sini, kami membahas tentang draft skenario hasil revisi Bicky waktu itu. Sempat ada insiden di sini.

4. Keesokan harinya, Minggu (25/7), Bicky dan Alvi dinyatakan lolos masuk 50 besar lomba sinopsis LA Lights Indie Movie 2010 dan mengikuti babak Meet The Producers. Meskipun Robby lumayan bangga, sepertinya ia agak ketar ketir karena kalau mereka (khususnya Bicky) menang, bagaimana nasib 89 project?

5. Sampai berita ini diturunkan saya belum dapat kabar apakah mereka berhasil atau tidak. Sepertinya tidak :D

6. Hari Senin, ada pembahasan tentang draft 1 skenario. Saya tidak bisa hadir, tapi katanya sih yang datang "Silaturahmi" adalah Robby, Bicky. Kiky, Alvi, dan Laila.

Demikianlah berita ini saya buat, lebih dan kurangnya harap maklum.
Terimakasih.

SEMANGAAAAAATTT....!!

-Sintamilia-

Foto oleh Alvi, Astrada BTS =)

Naskah Robby ketumpahan kopi
Kiky, sang pelaku
Tumpah dua kali. Kali ini adalah perbuatan Bicky.

Sutradara dan Astrada, dua pelaku 'sabotase' terhadap Produser :p

Date : July 24th, 2010
Place: McD Simpang Dago

Fotografer: Alvi


-Sintamilia-

Tanggal 19 Juli kemarin, ada story development kedua (yang saya hadiri). Eh, termasuk pengembangan cerita gak ya, yang dibahas kemarin itu? Yang pasti, ‘rapat darurat’ 89 project kemarin membahas cerita yang belum selesai. Cerita yang (menurut saya) belum layak disebut skenario meski bentuknya sudah seperti itu. Canggih kan? Cerita utuhnya belum dapet, tapi kemarin kru udah megang ‘draft skenario’ yang ‘bolong’ di bagian tengahnya. Hahaha.. Mungkin karena itu Robby menyebutnya ‘pra-draft-1-scenario’ *ribet yah.. :p

Rapat yang dimulai sekitar pukul tujuh malam itu bertempat di kosan Bicky, dan hanya dihadiri oleh Robby, Alvi, dan saya tentunya. Ditemani dengan beberapa bungkus basreng kering pedas, air putih satu gelas bertiga, dan lampu remang-remang ngaco, saya-Robby-Alvi membaca ‘skenario’ buatan Bicky.
MySpaceMySpaceMySpace
Instruksi yang diberikan Bicky seperti dalam psikotes kerja:
“Baca dulu scene satu dan scene dua..” setelah semuanya selesai membaca, ia memberi penjelasan detail tiap scene. Lalu, “Sekarang, baca scene 3, 4, 5..” setelah selesai ‘presentasi’, ia memberi instruksi lagi “Baca scene 6 sampe scene 7. Eh, sampe halaman 7 aja deh. Yang lain jangan dulu..”

Blah. Instruksi yang terakhir saya abaikan. So what gitu loh baca sampe akhir? Lama, deh *bandel mode on*MySpace

Proses pembahasan naskah ternyata banyak membuat kami tertawa guling-guling. Tawa Bicky bahkan sampai membuat wajahnya sangat merah dan nyaris meneteskan air mata *serius!*

Adaaa.. aja scene-scene yang adegannya bisa diplesetkan, sampai-sampai kami punya ide untuk bikin plesetan filmnya. Saya siy, kepikirannya seperti bioskop Trans TV kayak di Ekstravaganza (tau kan, cuplikan adegan film hollywood dicampur adegan buatan sendiri yang pemainnya Aming dkk :D).

Ide itu semakin menggoda apalagi scene-scene yang bisa diplesetkan agak banyak. Langsung deh, saya keluarkan binder dan mencatat semua scene yang plesetannya bikin ngakak.

Sebenernya sih pengen berbagi tawa itu disini. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau ditulis jadi ga lucu. Maklumlah, ada hal-hal lucu yang sulit dideskripsikan, seperti setting dan celetukan-celetukan spontan dimana kita harus ada di tempat itu untuk bisa ikut tertawa :D

Pokoknya malam itu: no dinner+ basreng pedas+LOL ROTF berjam-jam= kram perut! Hihi..

Overall..
Ceritanya lumayan. Meskipun kata Robby,MySpace  “Ini belum ada batangnya. Baru sebagian besar kepala, dan bagian ekor (ending, red)”
*eh, makhluk apakah yang bagian tubuhnya terdiri dari kepala, BATANG, dan ekor? haha

Melihat lembaran-lembaran naskah yang agak banyak, dan itu juga belum sedikit pun memuat adegan inti, Bicky dicurigai akan membuat film (agak) panjang. Beberapa bagian harus sangat dipersingkat, dan beberapa adegan dikritik karena kurang “make believe” (gayaaaa…!)

Banyak yang perlu direvisi dan ditambah. Karena itu, Robby merasa perlu adanya rapat kedua yang masih membahas ‘pra-draft-1-scenario’ itu, yang akan diselenggarakan tanggal 24 Juli (karena draft 1 harus sudah jadi tanggal 26).

Bagaimana lanjutannya?

Keep following! :D


-Sintamilia-

*LOL ROTF= Laughing Out Loud Rolling On The Floor = Ketawa Guling2

Tanggal 12 Juli lalu, ada peristiwa bersejarah dalam tubuh 89 project.
Lulu, yang sebelumnya memegang jabatan sebagai penulis skenario, dengan berat hati menyatakan pengunduran diri. Kenapa? Karena dia --meskipun masih punya jatah kuliah sampai tahun depan :p --telah dikejar-kejar oleh jurusannya untuk segera menyelesaikan skripsi dan keluar dari kampus sesegera mungkin (baca:diusir).

Lulu yang merasa kuliah enam tahun memang sudah cukup lama, memutuskan untuk melakukan ekstrimisme skripsi. Maksudnya, ia akan benar-benar fokus ke skripsi dan mengurangi banyak kegiatan lain, termasuk bikin film. Ia juga mengurangi frekuensi facebookan *penting ga siy info yang terakhir ini? >.<*

Pengunduran dirinya itu membuat semua kru yang hadir merasa sedih *iya gitu? hehe*. Bahkan, Bicky yang kemudian menjadi semakin ‘berkuasa’ karena mengambil alih posisi Lulu itu pun merasa ga rela. Menurut Bicky, ia ingin belajar dengan melihat proses Lulu membuat cerita hingga menjadi skenario.

Sepertinya Bicky agak ragu dengan rangkap jabatannya itu. Menurut Bicky, kalau scriptwriter dan director ia pegang sendiri, maka kualitasnya ya.. hanya sejauh kemampuannya saat ini saja. Sementara, sebenarnya Bicky berharap, dengan skenario hebat buatan Lulu, maka ia akan bisa memaksimalkan keterampilan penyutradaraannya agar sebanding dengan kerennya skenario itu. Begitchuu…

Lulu pun lalu memberikan motivasi kepada Bicky dan meyakinkannya kalau Bicky bisa. Buktinya, film panjang terakhir Bicky berjudul X (Cross) diangkat dari novel(et?) karyanya sendiri. Menurut Lulu, cerita X (Cross) menarik dan pasti Bicky bisa membuat cerita yang tak kalah menarik untuk 89 project ini.

Masih agak ragu, Bicky pun lalu bersedia menjadi scripwriter pengganti dengan syarat (1) Lulu harus meluangkan waktu seminggu sekali untuk konsultasi naskah dan (2) .. apa ya, yang kedua? Aduh maaf saya tidak begitu ingat jadi mari kita lewatkan saja *pembaca kecewa*

Lulu sepakat. Ia tidak keberatan kalau hanya seminggu sekali. Ia juga menerima ‘mutasi’ jabatannya sebagai Script Supervisor, dan Robby pun berbisik-bisik (dengan suara keras) dengan orang di sebelahnya: “Katanya mau EKSTRIM ngurus skripsi… Ternyata tetep aja...” :p




Maka Lulu dan Bicky saling berjabat tangan, deal-deal-an.
Serah terima jabatan pun terlaksana dengan khidmat.








Info lain:

-Yang hadir saat itu adalah Lulu, Bicky, Robby, Sinta, Kiky (astrada satu), dan Alvi (BTS)
- Selain sertijab, agenda lain yang terlaksana hari itu adalah mendengarkan cerita buatan Lulu (masih belum jadi), mencari kandidat astrada dua (belum ketemu), mengatur frekuensi postingan di blog (belum ada kesepakatan siapa yang mengurusnya dan bagaimana teknisnya), dan mendengarkan Robby mengumumkan jadwal produksi menyeluruh (kayaknya cuma Kiky yang bener-bener nyimak. LOL)
-Kalau sebelumnya acara rapat ini berjudul “Makan Malam” dan "Kencan", maka kali itu namanya ganti jadi “Kongkow”. Bagusnya tiap pertemuan beda istilah aja biar seru kali ya *apa seh?

Conclusions:
Selamat menulis skripsi, Lulu!
Selamat menulis skenario, Bicky!
Keep spirit, all crew! =)


-Sintamilia-




“Makan Malam” atau “Kencan” adalah istilah yang digunakan untuk menggantikan kata “berkumpul dan rapat membahas 89 project”.

Bicky menyebutnya “makan malam” (dengan tanda kutip) mungkin karena memang selalu dilakukan sambil makan malam; Makan malam dengan ‘menu’ rapat.

Sementara itu, Robby menyebutnya kencan (dengan atau tanpa tanda kutip). Entah mengapa. Mungkin agar terkesan romantis alias rokok-makan-gratis, ups.

Kalau judulnya kencan sih.. saya senang-senang saja ya. Kami kan berempat. Saya cewek sendiri. Berarti saya kencan dengan tiga orang cowok. Hohoho.. (backsound: Madu Tiga- Ahmad Dhani)

Tapi beberapa hari terakhir ini saya kehilangan “pacar-pacar” saya itu. Yang satu lagi ke Jogja. Yang dua lainnya sakit. Hiks hiks.
Wawancara dengan penderita hemofilia pun akhirnya saya lakukan sendiri. Huhu..



Lanjut.

Sekarang saya mau ngasih progress report dulu deh..

Seperti yang bisa dilihat di bagian kanan bawah blog ini, ada pendatang baru nih dalam kru 89 Project. Mereka adalah Laila sebagai Production Manager, Kiki Amalia sebagai Astrada Satu (yang namanya disebut-sebut pas story development pertama), Fadli Ahmad sebagai Director of Photography, dan satu orang lagi yang belum ingin disebutkan namanya biar kayak Voldemort. Yang satu ini akan menjadi asisten saya di BTS. Hehe..

Terus..
Lulu sebagai Scriptwriter sudah membuat treatment.
Ada yang belum tahu treatment?
Treatment itu adalah gambaran umum scene per scene (bener ga? Bener kan? Hehe).
Isinya lebih detail dari sinopsis, tapi belum bisa disebut sebagai skenario karena dialog detailnya belum ada.

Dalam rangka membantu Lulu bikin treatment, saya sempat mewawancarai seorang penderita hemofilia untuk menggali lagi pengalamannya.
Biar lebih valid, gitu loh.
Tapi ga tau deh, hasilnya memuaskan Lulu atau tidak.
Baru akan cerita panjang lebar pada acara “makan malam” terdekat, yang insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 12 Juli 2010
(eh, btw, kalimat terakhir ini kayak… di mana hayo? Hehe *ga penting)

Trus.. apa lagi ya..?
Blog 89 ganti template.. udah liat kan ya..

Trus..
Dua “pacar” saya (semoga) sudah sembuh, dan yang satu lagi semoga segera kembali ke Jatinangor.. Sehingga acara “kencan” dan “makan malam” senin nanti bisa berjalan lancar dan lengkap dengan kehadiran mereka semua (plus anggota baru tentunya). Hoho..

Oya, acara “kencan” dan “makan malam” itu emang seringnya tiap senin (malem selasa).
We Love Monday!

….

Hmm.. udah dulu ah nulisnya. Makin ga penting soale.
Tunggu kabar-kabari dari BTS selanjutnya yah..!

Keep following!
Bye, folks..! =)

By Jason Leavey, posted in iPhone/Mobile - Apr 16th, '10 10:28am CDT

Bayer develops video game for hemophilia awareness

Bayer Health Care has created a soccer video game, Kid K Keepie Uppies, with the goal of showing kids with hemophilia (haemophilia outside the U.S.) all the great things they can do in life. Hemophilia is a genetic disease, more commonly found in males, that prevents the body from properly controlling blood clots, thus resulting in excess bleeding. Bayer’s mission was to develop a game that would offer kids a more encouraging outlook, with the help of the game’s star Kid K.

“For every app purchased, 100% of profits will go to the Haemophilia Society,” noted Tom Cleminson, Brand Manager at Bayer HealthCare. “The game is not just confined to people with haemophilia who regularly log onto our website, it’s available to everyone…”

Kid K Keepie Uppies will release on April 17th as an Apple iPhone, iPod Touch and iPad app.

Sumber : The Tanooki

Sebenarnya hemofilia telah ditemukan sejak lama sekali, dan belum memiliki nama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus di khitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat di khitan.

Seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke 12 telah menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil.

Kemudian pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada pria. Ia menelusuri penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga generasi sebelumnya yang tinggal dekat Plymouth, New Hampshire pada tahun 1780.

Kata hemofilia pertamakali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.

Sepanjang hidupnya Schonlein berusaha menjadikan kedokteran sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan alam. Upaya Schonlein dalam hal inilah yang memungkinkan kedokteran mengembangkan metode pengajaran dan praktek kedokteran klinik.

Schonlein yang adalah seorang guru besar kedokteran di tiga universitas besar di Jerman - Wurzburg (1824 - 1833), Zurich (1833 - 1830) dan Berlin (1840 - 1859) - adalah dokter pertama yang memanfaatkan mikroskop untuk melakukan analisis kimiawi terhadap urin dan darah guna menegakkan diagnosis atas penyakit yang diderita seorang pasien.

"The Royal Diseases"
Hemofilia seringkali disebut dengan "The Royal Diseases" atau penyakit kerajaan. Ini di sebabkan Ratu Inggris, Ratu Victoria (1837 - 1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia. Anaknya yang ke delapan, Leopold adalah seorang hemofilia dan sering mengalami perdarahan. Keadaan ini di beritakan pada British Medical Journal pada tahun 1868. Leopold meninggal dunia akibat perdarahan otak pada saat ia berumur 31 tahun. Salah seorang anak perempuannya, Alice, ternyata adalah carrier hemofilia dan anak laki-laki dari Alice, Viscount Trematon, juga meninggal akibat perdarahan otak pada tahun 1928.

Hal terpenting dalam sejarah hemofilia adalah keberadaan penyakit tersebut di dalam keluarga kerajaan Rusia. Dua dari anak perempuan Ratu Victoria, Alice dan Beatrice, adalah carrier. Mereka menyebarkan penyakit hemofilia ke Spanyol, Jerman dan Keluarga Kerajaan Rusia.

Alexandra, cucu perempuan dari Ratu Victoria, menikah dengan Tsar Nicholas II, Kaisar Rusia, pada awal tahun 1900-an. Alexandra seorang yang telah menjadi Ratu Rusia, adalah seorang carrier hemofilia, dan anak laki-lakinya yang pertama, Pangeran Alexei adalah penderita hemofilia. Nicholas dan Alexandra menaruh perhatian penuh terhadap masalah kesehatan anak mereka, pada saat itu Rusia sedang dalam keadaan kacau. Seorang biarawan Rusia, Rasputin, memperoleh keuntungan dengan pengaruhnya yang besar dalam lingkungan kerajaan Rusia, sebagian di karenakan hanya dia satu - satunya yang dapat menolong sang Pangeran Muda. Ia menggunakan ilmu sihirnya-nya untuk menghilngkan rasa sakit Alexei. Penggunaan ilmunya tidak hanya menghilangkan rasa sakit, tapi juga dapat memperlambat dan menghentikan perdarahan Alexei. Penderitaan yang dialami pewaris tahta kerajaan Tsar, ketegangan yang terjadi di dalam keluarga kerajaan, dan ulah biarawan Rasputin yang gila kekuasaan, adalah faktor-faktor yang memicu munculnya Revolusi Rusia pada tahun 1917.


Sejarah homofilia di abad ke-20
Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah. Zat tersebut disebut dengan "anti - hemophilic globulin". Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires, Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan bahwa darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan darah pada penderita hemofilia lainnya dan sebaliknya. Ia secara kebetulan telah menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing - masing kekurangan zat protein yang berbeda - Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952, menjadikan hemofilia A dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda

Kemudian di tahun 1960-an, cryoprecipitate ditemukan oleh Dr. Judith Pool.Dr. Pool menemukan bahwa pada endapan di atas plasma yang mencair mengandung banyak Faktor VIII. Untuk pertama kalinya Faktor VIII dapat di masukkan pada penderita yang kekurangan, untuk menanggulangi perdarahan yang serius. Bahkan memungkinkan melakukan operasi pada penderita hemofilia.

Di akhir tahun 1960-an dan sekitar awal 1970-an, intisari yang berisi Faktor VIII dan Faktor IX yang dikemas dalam bentuk bubuk yang kering dan beku telah ditemukan. Sehingga dapat disimpan di rumah dan digunakan sewaktu - waktu jika dibutuhkan. Dan sekarang para penderita hemofilia tidak selalu tergantung pada rumah sakit. Mereka dapat melakukan perjalanan, bekerja dan hidup normal. Tragisnya, beberapa pengobatan yang dihasilkan dari darah telah tercemar beberapa jenis virus, seperti hepatitis c dan HIV. Banyak penderita hemofilia yang terkena dampaknya.

Hemofilia di Indonesia
Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam kepustakaan kedokteran, tetapi di Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik diperkenalkan oleh Kho Lien Keng dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di samping prosedur masa perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang dipakai sebagai terapi utama hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.

Referensi :
- Canadian Hemophilia Society, The history of hemophilia - 1999


Hemophilia, Normal, n’ Society
Yak, sebelumnya kita udah bahas tentang berbagai perbandingan, dan yg terakhir tentang "normal". Dan kita telah mengetahui bahwa normal itu sebenarnya hanya, ya, begitu aja. Nothing special for being normal, and nothing wrong for being abnormal.

Karena kenormalan hanya sekedar menjadi sama dengan orang banyak. Dan itu adalah hal yg sederhana. Bahkan terlalu sederhana untuk dipermasalahkan.

Tapi jika dikaitkan dengan hemofilia, ga akan jadi sesederhana itu. Things will become more complicated. Karena ga semua orang memahami arti normal sesungguhnya. Karena ga semua orang punya waktu dan mau memahami hemofilia. Dan karena sebagian besar orang masih memandang, (benda asing) hemofilia sebagai bagian dari tidak normal. (mungkin kerjanya kaya antibodi yah, menolak benda asing yg masuk, haha)

Itu menyebabkan teman2 hemofilia cenderung terasing. Yg terutama terjadi pada masa kanak2, yg akan terus tumbuh membentuk kepribadian tertutup (introvert) sampai remaja dan dewasa.

Bisa saja terjadi karena sedikit pemahaman banyak keresahan. Keresahan yg membuat kalimat,
"Tolong hati2 yah kalo main sama anak ibu, Dani, jangan terlalu kasar, jangan sampai jatuh atau luka, soalnya Dani nya sakit... ^_^," kata ibu Dani.

Secara ajaib berubah jadi, "Awas, kamu jangan main sama Dani, dia itu sakit parah. Ntar lecet sedikit mesti ke rumah sakit, obatnya jutaan, kamu ntar yg disalahin...," kata ibu temannya Dani ke anaknya.

Alhasil Dani jadi ga punya teman, teman2 pada takut dekat2 dia. Dani ga bisa ikut main bola juga, atau mungkin ikut macem2 lomba di Agustusan. Ga ikut kejar2an main layangan, paling main layangannya di tempat sepi (kaya gw). Dunia Dani jadi begitu sepi... (berlebihan deh)

Intinya, ada masyarakat, dan ada Dani. Dani di dalam masyarakat, tapi jadi pencilan (apa tuh yah, istilah guru matematika gw, angka yg ga berkorelasi dengan angka lain klo ga salah). Apalagi jaman dulu tuh, pas hemofilia sama sekali ga dikenal.

Dani jadi dianggap ada di luar ranah normal, alias dia jadi spesial. Di masyarakat seperti di atas, ini termasuk spesial yg ga menyenangkan tentunya. Jadi, coba bayangkan rasanya jadi Dani.


Saya, Kamu, Kita, dan Hemofilia
Jika saya penderita hemofilia, dan kamu bukan, apa yang kamu pikirkan tentang saya? Dan apa, yang saya pikirkan tentang saya sendiri?

Dua pertanyaan itulah yang pertama kali muncul saat saya mulai memahami hemofilia. Dua pertanyaan dengan unsur penasaran, empati, ketertarikan, dan keresahan.

Jika saya hemofilia dan kamu tidak, (dalam pandangan konservatif) apa yang membuat kamu merasa lebih ‘normal’ dari saya? Apakah karena kamu bebas berolahraga dan saya tidak.

Lalu, kalau ternyata kamu adalah laki-laki yang menyukai warna merah jambu dan barbie, sedangkan saya menyukai warna merah dan Playstasion, apa itu menjadikan kamu tidak normal dan saya normal.

Lalu, jika kamu tidak menyukai udang, dan seumur hidup tidak pernah makan udang, sedangkan saya memakan segala jenis makanan dengan bebas, apakah dalam kadar tertentu saya lebih normal dari kamu.

Definisi normal jadi tentatif, tergantung konteks. Semua itu cuma karena, kalian merasa kamilah kaum ‘spesial’, sedang kalian orang2 normal.

Pada saat kami seringkali memakai tongkat ke sekolah, terpincang2. Pada saat pagi hari aku digendong oleh bapak sampai bangku kelas, hanya karena jatuh dari sepeda. Pada saat kami seringkali hanya berada di dalam rumah, tidak jalan2 ke mall, tidak malam mingguan, tidak nongkrong dan ngebut2an.

Jelas kami dipandang ‘spesial’, dengan mencuri pandang, memicingkan mata, mengerutkan dahi, dan terus berbisik. Kami lah yg kalian sebut spesial, daripada beberapa diantara kalian yg mungkin memakai tongkat ke sekolah karena berkelahi.

Kami dianggap spesial, dibanding beberapa diantara kalian yang jatuh dari sepeda lalu tertawa. Kami lebih spesial, dari beberapa diantara kalian yg terus berada di rumah untuk bermain Playstasion.

Entah bagaimana cara kami menjelaskannya. Karena kalian tetap ga akan menerima, ga akan begitu saja mengerti dan memahami. Yang kalian ingin adalah, kami lemah dan manja.

Tapi mungkin kami lebih kuat dari kalian, ibu-ibu kami mungkin lebih gigih dari ibu kalian, ayah-ayah kami mungkin lebih bekerja keras dari ayah kalian. Karena kami memang harus kuat, sangat kuat, kalau tidak kami bisa mati.

Walau begitu kami bukan gelas kaca sedang kalian adalah kristal. Karena seperti langit dan bumi, kalian terdistorsi dikotomi normal dan tidak normal yang sebenarnya tidak ada.


Kenapa Ga Bisa kaya Lagu Tere
Semasa gw muda dulu, Tere dan Valen menyanyikan lagu fenomenal tak terlupakan. Dan gw rasa sangat cocok jadi sound track tulisan ini. Yang masih ingat judulnya ‘Mengapa Ini yang Terjadi’. Yang udah lupa, check it out

Liriknya sangat menyentuh perasaan, tapi gw ga akan membahas itu lebih jauh di sini, silahkan nilai dan nikmati sendiri lagunya.

Gw rasa perasaan teman2 hemofilia sedikit banyak tergambar dalam lagu tersebut. Mereka sering dipandang negatif, walau di saat2 mereka sangat membutuhkan pertolongan.

Coba pikir, pandangan negatif tidak hanya datang dari teman sepermainan mereka (jika punya), juga teman sekolah, warga sekitar, bahkan petugas medis. (Tales of The Great Mom)

“Ini nih, orang-orang yang kerjaannya ngabisin uang negara,” suster RSXS Bandung...

...di samping seorang ibu berkeringat, yang sedang berusaha mendapatkan tanda tangan Direktur RSHS untuk mendapatkan injeksi faktor 8. Untuk anaknya yang sejak pagi tadi duduk di salah satu bangku panjang, terus menangis menahan sakit di lututnya yang bengkak. Pendarahan internal pada sendi lutut.

Seorang ibu yang sejak pagi terus mendesak untuk bergegas dan buru-buru, walau terlihat di sekitarnya tidak mampu memahami bahasa sesederhana itu. Bahwa anaknya kesakitan dan butuh pertolongan secepatnya.

Pertolongan yang sebenarnya bisa ia dapatkan seandainya ia memiliki dua juta rupiah untuk sebuah suntikan.

Tapi saat itu ia hanya punya jamkesmas anugerah pemerintah. Kartu ajaib yang membuat prosedur 5 menit jadi 12 jam.

Yang tiba2 saja membuat tanda tangan Pak Direktur menjadi sebegitu pentingnya dalam keadaan darurat, yang nyatanya dikelola dengan santai dan cengengesan.

Yang membuat formalitas menjadi hal mutlak tanpa cela. Yang membuat senyum lega berganti resah keringat bercucuran. Dan sekali lagi sang ibu mengingatkan suster, anaknya sangat kesakitan dan butuh pertolongan cepat.

Tapi 1001 alasan seakan telah dipersiapkan hanya untuk menyusahkannya. Protes sang ibu pun membuat suster kesal dan berbaik hati memperpanjang prosedur sebanyak 1 jam.

Sang ibu pun kini diam, pasrah menerima, cemoohan suster2, sedang ia hanya diam, hanya ingin agar anaknya cepat ditangani dan tidak dipersulit.



I am normal, I'm just a little bit different...
"Kami normal, kami hanya sedikit berbeda, dan memiliki kebutuhan khusus. Yah nyuntik itu. Selebihnya, kami seperti semua orang"

Kami normal, hanya sedikit berbeda. Itu yg ingin dia katakan. Bahkan mungkin yang ingin disampaikan oleh semua teman2 hemofilia.

Mereka tidak lebih kuat dari kalian, atau sebaliknya dianggap sangat lebih lemah. Karena kita bukanlah gula dengan garam. Kita adalah manusia, manusia yang ‘sesama’, bukan manusia yang ‘diantara’.

Perbedaan bukan ada pada esensi kita sebagai manusia, tapi pada cara kita memandang. Lalu jika perbedaan itu ternyata membuat kita saling menyakiti, mengapa kita tidak memandang dengan lebih baik?

Kenapa perbedaan dijadikan alasan untuk pembenaran tindakan2 yang seharusnya dipertanyakan. Kenapa perbedaan menjadikan mereka kehilangan teman, kalian, dan sebagian kebahagiaan.

Bagusnya kita jangan jadi orang yang lebih ahli menghakimi ketimbang memahami. Lebih senang berkomentar ketimbang menolong. Yang sesungguhnya kita sendiri ga begitu mengerti apa yang kita cemooh.

Gw rasa, teman2 hemofilia ga perlu berjuang untuk diakui, jika saja orang2 mau memahami, tidak diskriminatif, dan tidak melakukan tindak kekerasan psikis. Bisa dikatakan semua cuma kesalahpahaman cara pandang.

(Jadi inget, tentang kesalahpahaman cara pandang ini dibahas dengan cantik di buku "Kekerasan dan Ilusi tentang Identitas", karya Amrtya Sen, kalo ga salah penerbitnya Marjin Kiri (harga kanan, becandaan untuk hargana yg mahal bgt, hahaha))


(empati mode on)

Semua yang sudah kita bahas sejak part 1 hingga sekarang, adalah hal2 tidak berdasar untuk membedakan. Tidak memiliki dasar untuk menempatkan perbandingan dalam bentuk apapun.

Termasuk hemofilia. Hemofilia bukan suatu dasar yang kuat untuk membandingkan aku dengan kamu, untuk membedakan aku dengan kamu, atau untuk mendiskriminasikan aku di hadapan kamu.

Hemofilia bukan hal yang tepat untuk menunjukkan bahwa aku lebih lemah dari kamu. Bahwa kamu lebih mampu bertahan hidup ketimbang aku. Atau hidupku lebih menyedihkan dari kamu.

Tidak ada yang berbeda diantara kita, kecuali aku sakit dan kamu tidak. Hidup kami (penderita hemofilia) penuh dengan hambatan dan perjuangan. Dan setiap detik yang saya habiskan saat ini untuk memperdebatkan hak-hak saya di hadapan kamu. Hanyalah bukti kecil, bahwa saya mampu bertahan,

Hingga sekarang, esok, lusa, tahun depan, dan seterusnya...

Coba pikir, sebenarnya ga ada gunanya menjauh. Malah mendekat akan banyak bermanfaat, baik untuk aku maupun kamu. Bahasa basinya, bisa nambah banyak teman. Bagi kamu mungkin bukan masalah krusial, tapi bagi aku anugerah Ilahi ituh.

Bisa sekalian nolongin aku saat sedang susah, baik fisik maupun psikis. Pastinya banyak pengalaman baru yg akan kita dapat. Banyak juga wawasan tentang dunia yg bisa kamu lihat dari kacamata penderita hemofilia.

Banyak hal yg bisa diperbaiki untuk generasi selanjutnya, mulai hari ini. Kita hanya perlu memahami sesama. Bahwa aku, kamu, kita, adalah sesama manusia. Yg sudah kewajaran untuk meneruskan nilai2 luhur manusia.

Nilai2 yang sesungguhnya telah ada sejak manusia diciptakan, sejak kelainan genetis tercipta, sejak hemofilia ditemukan, sejak aku dan kamu dilahirkan, hingga aku mengalami pendarahan pertama, dan menciptakan jalur hidup yang berbeda bagi kita.

Namun nilai2 itu tetap ada dan ga berubah, selamanya. Bahwa kita adalah satu,
And there's nothing,
that makes us different...



seeya,
_bicky_


Caution!!! Tulisan ini sangat beraroma filosofis. Disarankan untuk menyiapkan aspirin sebelum membaca. Jika mengalami gejala berikut disarankan untuk beristirahat; kepala panas, tubuh gerah, resah, mual, dan mengantuk. Dan tidak dianjurkan melanjutkan membaca jika mengalami gejala; pusing2, bingung2, tubuh gemetar, mata berkunang2, dan muntah.

Segala sesuatu yang tertulis hampir seluruhnuya subjektif, yang didasarkan berbagai sumber dan referensi seumur hidup, buku2, diskusi, ngobrol, dan kongkow.

Segala hal yang tertulis masih dapat diperdebatkan dan saya membuka seluas2nya ruang debat dan diskusi. Jadi, mari cek barang2 bawaan anda jangan sampai tertinggal atau terselip. Terima kasih.

Setelah nanti membaca beberapa saat, mungkin kalian bertanya2 "apa hubungannya dengan judul di atas?". Sekarang memang belum, tapi ikutin aja dulu lah yah, hehehe...


Beda Langit dan Bumi
Ga ada, itu jawabannya. Alasan gampangnya adalah karena langit itu sebenarnya tidak ada. (krik...krik...krik...124x

)

Oke, udah gw duga jawaban singkat ga akan diterima dengan mudah. Jadi, mari kita pakai cara sulit.

Sekali lagi, ini subjektif, walau begitu gw punya dasar. Langit yang ada di atas atap rumah kita selama ini hanya sebuah kamuflase. Konsepnya seperti fatamorgana yang terjadi di gurun, hanya saja dengan faktor pembentuk yang berbeda.

Jadi, saat kita terbang menuju ke atas, terus hingga berusaha menembus kapas terbang dan lapisan biru, perjalanan tersebut akan berujung pada pemandangan outer space seperti yang kita lihat pada langit malam hari.

Warna yg kita lihat pada siang, senja, pagi, langit perkotaan, dan langit pedesaan, adalah hasil tabrakan antara cahaya dengan partikel di udara. Hal itu juga melibatkan panjang gelombang cahaya, pembiasan, pemantulan, dsbg, yang sampai saat ini pun gw belum paham betul gimana cara kerjanya. Jadi kita CUT aja gimana? Setuju!!!

Intinya langit itu tidak ada, dan warna yang terjadi di atas sana adalah kamuflase hasil tabrakan cahaya yang bisa berubah tergantung komposisi udara.

Lalu kenapa jawaban ‘beda langit dan bumi’ adalah ‘tidak ada’. Ya, bagaimana bisa kita membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Bumi yang real, bisa ditonjok2, dijilat2, dilompat2in, dibandingkan dengan langit yang tidak bisa dipegang, dirasa, dicium, dihirup, dan hanya merupakan tipuan mata.

Jadi mereka berdua adalah tidak bisa diperbandingkan satu sama lain. Hahahaha... (apa pentingnya coba ketawa)


Gula dan Garam?
Hal serupa tapi tak sama ada pada pertanyaan “enak mana antara gula dan garam?”

Kalo disuruh jawab, hayo mau jawab apa? Orang pada umumnya akan menjawab ‘gula’ atau ‘garam’, bergantung pada frame of reference dan field of experience mereka, yang sepenuhnya subjektif.

Tapi, kalau mau ditelaah lebih teliti, sebenarnya pertanyaannya yang aneh. Bagaimana ceritanya?

Pertama, ada prinsip dasar dari hukum perbandingan, yaitu equality, atau kesetaraan. Prinsip yang diciptakan manusia dan sejujurnya terus menerus dilanggar oleh manusia sendiri. Tergantung mana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya, keberpihakan atau keberpalingan atas kesetaraan ini.

Jadi pada dasarnya perbandingan hanya bisa dilakukan diantara unsur-unsur yang setara. Kita langsung aja ke contoh.

Mana yang lebih enak pizza atau martabak? Jawabannya tentu tergantung nanya ke siapa. Ke si Doni yg suka martabak atau si Alex yg suka pizza.

Tapi kalo kita tanya org skeptis kritis yg ga begitu suka keduanya, apa kira2 jawabannya. “Ga bisa diperbandingkan”, (kenapa), “karena keduanya adalah dua makanan yang berbeda, memiliki karakteristik yg berbeda, dan kelezatan khas yang berbeda juga”.

Enaknya martabak berbeda dengan rasa enaknya pizza. Dan keduanya enak. Kalau mau adil harusnya pertanyaannya ‘lebih enak mana, Pizza Hut atau Paparonz’. Karena keduanya adalah pizza, dan kita menilai dua hal yang sama yaitu ‘pizza’, ya kan?

Garam dan gula walau keduanya termasuk bumbu masak, tetap dua hal yg berbeda. Kalau dijilat bulet2 tentu lebih bersahabat gula, kalau dicampur kuah berbakso tentu enakan garam, kalo dimasukin ke teh panas tentu enakan gula, kalau dicampur popcorn, sayur sop, adonan bolu, telur ceplok.

See? Semua bergantung konteks, dan konteks yang ada adalah tidak berhingga. Kita bisa saja mencampurkan gula dan garam pada seribu jenis benda, dan menghasilkan jawaban yang tidak tentu. Bisa saja menang garam, bisa saja menang gula.

Itu jelas karena garam dan gula bukanlah dua unsur yang setara untuk diperbandingkan. Keduanya berbeda, baik unsur pembentuknya, fungsinya, keasikannya, bentuk partikelnya, dan hasil jilatannya (apa sih...)

Sejujurnya pola pikir seperti ini membuat di dunia ini, perbandingan adalah hal yang mustahil. Karena tidak ada dua hal yang benar-benar diciptakan sama sekali persis, untuk memenuhi prinsip kesetaraan.

Jadi yang bisa dilakukan adalah membandingkan dua hal yang memiliki kesetaraan paling dekat, untuk memenuhi prinsip equality tersebut. Dan keadaan tersebut lah yang selama ini dipandang sebagai perbandingan yang adil.


Normal dan Tidak Normal
To the point aja, apa itu normal, dan apa itu tidak normal? Kali ini jangan dulu sentuh ‘contoh’. Jadi jauhkan tangan anda dari jawaban seperti; (manusia) satu kepala normal, dua kepala tidak normal.

Kata Pa Guru di SMP, ‘normal itu wajar’. Kata Guru SMA ‘normal itu yang banyak dilakukan orang’. Kata mahasiswa yg lagi kongkow di bawah pohon rindang, ‘sama seperti kebenaran, normal itu sekedar hegemoni kaum mayoritas’.

Normal bukanlah nilai suatu kewajaran. Bukan pula nilai sesuatu yang seharusnya. Juga bukan nilai suatu kebenaran.

Sependapat dengan orang2 kongkow di bawah pohon, normal adalah menjadi sama dengan orang banyak. Setuju dengan guru SMA yg pintar, normal itu bertindak sesuai tindakan orang banyak.

Berperilaku, berpikir, makan, tidur, berpakaian, seperti orang banyak. Beraktivitas, mandi, rekreasi, bekerja, menari, berjalan, menyanyi, bercinta, meludah, berolahraga, berkebutuhan... (seperti orang banyak)

“You are the alien!”
“No! You are the alien! You’re in my planet now!”

(dialogue from Planet 51 movie, TriStar Pictures)



(tobe continue...)

89 Project- Director of Behind The Scene

Lahir di Bandung, 23 Mei 1987, sulung dari empat bersaudara (2 cewek, 2 cowok) ini sudah tertarik dengan behind the scene film sejak menonton Titanic saat kelas 6 SD. Berasal dari keluarga suportif dengan orang tua yang membebaskannya memilih cita-cita sesuai minatnya, Sinta memutuskan terjun ke dunia film.

Tahun 2005, Sinta beruntung berhasil lulus SPMB dengan program studi yang diminatinya: Ilmu Komunikasi. Di kampus, ia memulai langkah menuju cita-citanya dengan bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club Fikom Unpad. Ketertarikan pada kamera membuat Sinta menikmati perannya sebagai Camera Person dalam produksi film pendek pertamanya. Saking seriusnya, ia sempat mengambil kursus singkat Camera Person di School of Film and Television (STUFVI) Bandung.

Mantan Ketua Cinematography Club Fikom Unpad 2007-2008 ini punya banyak impian. Khusus di bidang film, lulusan S1 jurusan Manajemen Komunikasi ini ingin magang dan terlibat dalam produksi film-film berkualitas karya Demi Gisela Citra Sinema dan Mizan Productions. Selain itu, Sinta yang hobi menulis juga tertarik mendalami dunia penulisan skenario dan berencana mengambil pendidikan non-formal yang berkualitas di bidang itu.

Memilih ikut serta dalam 89 Project sebagai Director of Behind The Scene adalah keputusannya sendiri. Menurutnya, posisi sebagai BTS bisa mengakomodasi seluruh minatnya: menulis, memotret, dan merekam dengan kamera video. Ia juga merasa posisi itu sesuai dengan sifatnya yang simpel, cuek, santai, dan tidak suka ribet.

Sinta berharap, melalui film (termasuk yang diproduksi 89 project ini), ia bisa memberi manfaat, inspirasi, dan kontribusi bagi masyarakat. Amin.

Filmografi:
Retrokarma [Camera Person],
Bumper MIRROR V [Director],
(Not) Perfect [Astrada],
Cobek [Director of Behind The Scene],
Gancu Production [Producer],
ILM Global Warming Sepatu,
Video Dokumentasi KKNM UNPAD 2008 Desa Simpang, Kec. Wanayasa, Kab, Purwakarta


89P HIGHLIGHT


ShoutMix chat widget

FOLLOW US

89 PROJECT CREWs


PRODUCER

Robby Prasetyo

PRODUCTION MANAGER
Laila Ramdhini

SCRIPTWRITER SUPERVISOR
Lulu Fahrullah

SCRIPTWRITER & DIRECTOR
Bicky Perdana Putra

1st. ASSISTANCE DIRECTOR
Kiky Amalia Indria Furqon

2nd. ASSISTANCE DIRECTOR
Stevania Randalia Sembiring

DIRECTOR of PHOTOGRAPHY
Fadhli Ahmad

CAMERA DEPT. CREW
Muhammad Andhika Rahayu

CAMERA DEPT. CREW
Lutfi Muhammad

ART DIRECTOR

Yuki A. Nagarani

SET & PROPS
Reza Marza

MAKEUP & WARDROBE
Putu Ayu Andhira Santika

LOCATION & LOGISTIC MANAGER
Lisma Hardiyanti

SOUND RECORDIST
Rizky Indra Purnama

BOOMER
Immanuel Variant R.

EDITOR
Robby Prasetyo

DIRECTOR of BEHIND THE SCENE
Sintamilia Rachmawati

BEHIND THE SCENE CREW
Alvi Rahmawati

ADDITIONAL CREWs
Puput
Kasih Kisah
Ardhito Kristiono

Alam Jenuin D.
Iman Purnama

KOLOM PENDAPAT

!!! COMING UP NEXT !!!

!!! COMING UP NEXT !!!
Flickering Light casting | 1 - 3 Oktober 2010

ADMIN & KONTRIBUTOR BLOG 89 PROJECT