Catatan Harian Orang Kesurupan
"The Proposal"
Gw dengan senang hati memulainya dari proses “pelamaran”. Gw lupa tepatnya kapan di bulan apa, tapi saat itu 89 P baru terdiri dari 2 org dedengkot film di Fikom Unpad. Yaitu Robby Prasetyo (master of editing, directing, n graphics) dan Lulu Fahrullah (master of script writing, directing, n leading a project).
Dan mereka sudah ga diragukan lagi adalah sutradara-sutradara handal debutan Cinematography Club Fikom Unpad (CC). Dan yg membuat gw bingung adalah: 2 orang sutradara handal, berkumpul, dateng ke kosan gw, mencari seorang sutradara. (what the hell happening?)
Trnyata yg merekomendasikan gw adalah Lulu, yg didasarkan pada film panjang CC yg gw sutradarai, “X” [cross], yg sbenernya film tersebut gagal selling, jadi hanya org2 tertentu aja yg beruntung sempet nonton film itu sebelum menghilang dari dunia.
Sebelum memiliki nama, kita menyebut kerjaan ini “proyek sangat serius”. Sebutan yang sangat menarik, karena sesungguhnya selama di CC gw belum pernah sempet “sangat serius”. Dan jujur aja, bahkan film “x” [cross] sendiri, gw sangat merasa masih belajar penyutradaraan di situ, (sorry Gita, produser film “x” [cross], hehe ^_^v).
Awalnya gw ngeri. Karena 1, ini proyek sangat serius, 2, gw ga kepikiran “sangat serius” itu seperti apa, ‘cause kehidupan gw sejak bayi selalu diilhami kata “santai”. Tapi ada 2 hal jg yg membuat gw berani maju.
Robby berani meyakinkan bahwa kita akan bekerja dengan tim terbaik. DOP terbaik, astrada (asisten sutradara) terbaik, camera person terbaik, script writer terbaik, art director terbaik, peralatan terbaik, dan crew terbaik.
Kedua, masa persiapan yang sangat-sangat panjang. Satu dari beberapa hal yang ga pernah gw liat di CC. (CC selalu ngebut kalo bikin proyek T_T). Hal itu melegakan gw, karena gw merasa film ini akan dipersiapkan dengan sangat amat matang sekali, sebelum kita memulai proses merekam di lapangan.
Lagipula, di sana ada Lulu, ada Robby, what else that world need to be a good director?
Gw terima, dengan deg-degan, bergejolak, dan sangat bergairah.
Sejak saat itu gw bertekad, ini bukan lagi latihan dan persiapan, ini adalah perang. CC build me in the last 3 years, now i’m ready, and won’t make CC disapointed in me. Ini akan jadi film terbaik gw, film yang akan gw perlihatkan dengan bangga kepada dunia.
Dan terakhir, sesungguhnya gw sangat berharap, kalau film ini akan menunjukkan kemana gw harus pergi dan memijak. Meyakinkan gw bahwa tanah yang gw injak saat ini tidaklah serapuh yang mereka bayangkan. Bahwa gw ada di sini, dan akan menghasilkan sesuatu.
the end?
Sesungguhnya ini adalah tulisan pesanan Director of BTS, Sintamilia. One day, Sinta told me, sebenernya gw pengen banget lo nulis curhatan tentang 89 Project. Dan saat itu gw berpikir, wah ide bagus tuh, karena kebetulan belum ada tulisan seperti itu d 89 P. Jd, ga perlu basa basi. Here...We...Go!!!
Gw dengan senang hati memulainya dari proses “pelamaran”. Gw lupa tepatnya kapan di bulan apa, tapi saat itu 89 P baru terdiri dari 2 org dedengkot film di Fikom Unpad. Yaitu Robby Prasetyo (master of editing, directing, n graphics) dan Lulu Fahrullah (master of script writing, directing, n leading a project).
Dan mereka sudah ga diragukan lagi adalah sutradara-sutradara handal debutan Cinematography Club Fikom Unpad (CC). Dan yg membuat gw bingung adalah: 2 orang sutradara handal, berkumpul, dateng ke kosan gw, mencari seorang sutradara. (what the hell happening?)
Trnyata yg merekomendasikan gw adalah Lulu, yg didasarkan pada film panjang CC yg gw sutradarai, “X” [cross], yg sbenernya film tersebut gagal selling, jadi hanya org2 tertentu aja yg beruntung sempet nonton film itu sebelum menghilang dari dunia.
Sebelum memiliki nama, kita menyebut kerjaan ini “proyek sangat serius”. Sebutan yang sangat menarik, karena sesungguhnya selama di CC gw belum pernah sempet “sangat serius”. Dan jujur aja, bahkan film “x” [cross] sendiri, gw sangat merasa masih belajar penyutradaraan di situ, (sorry Gita, produser film “x” [cross], hehe ^_^v).
Awalnya gw ngeri. Karena 1, ini proyek sangat serius, 2, gw ga kepikiran “sangat serius” itu seperti apa, ‘cause kehidupan gw sejak bayi selalu diilhami kata “santai”. Tapi ada 2 hal jg yg membuat gw berani maju.
Robby berani meyakinkan bahwa kita akan bekerja dengan tim terbaik. DOP terbaik, astrada (asisten sutradara) terbaik, camera person terbaik, script writer terbaik, art director terbaik, peralatan terbaik, dan crew terbaik.
Kedua, masa persiapan yang sangat-sangat panjang. Satu dari beberapa hal yang ga pernah gw liat di CC. (CC selalu ngebut kalo bikin proyek T_T). Hal itu melegakan gw, karena gw merasa film ini akan dipersiapkan dengan sangat amat matang sekali, sebelum kita memulai proses merekam di lapangan.
Lagipula, di sana ada Lulu, ada Robby, what else that world need to be a good director?
Gw terima, dengan deg-degan, bergejolak, dan sangat bergairah.
Sejak saat itu gw bertekad, ini bukan lagi latihan dan persiapan, ini adalah perang. CC build me in the last 3 years, now i’m ready, and won’t make CC disapointed in me. Ini akan jadi film terbaik gw, film yang akan gw perlihatkan dengan bangga kepada dunia.
Dan terakhir, sesungguhnya gw sangat berharap, kalau film ini akan menunjukkan kemana gw harus pergi dan memijak. Meyakinkan gw bahwa tanah yang gw injak saat ini tidaklah serapuh yang mereka bayangkan. Bahwa gw ada di sini, dan akan menghasilkan sesuatu.
the end?
you wish..
tobe continue
0 komentar