Gue Orang Sakti, Keren Banget Nggak Sih?

Diposting oleh 89 Project Jumat, 22 Oktober 2010 ,

Malam ini, atau lebih tepatnya sudah pagi, nggak ada lagi yang bisa saya lakukan selain buka komputer. Mata ini rasanya susah banget diajak kompromi untuk tidur walaupun kepala kayaknya juga sudah nggak bisa diajak tegak. Jadilah duduk senderan di pinggir tempat tidur sambil diganjel bantal dan memangku laptop, mulai menulis.

Harusnya cerita ini tidak saya taruh di kolom diskusi punya Mas Gugun tentang peristiwa yang berkesan seumur hidup tapi, lantaran hidup saya yang begini-begini saja kayaknya semua peristiwanya juga nggak terlalu berkesan deh. Yah kalau kata teman saya bilang, biarkan hidup mengalir seperti air deh. Tapi karena cuma ada kolom diskusi cerita berkesan ya udah deh saya taruh di sini.

Tahu nggak sih kalau kita punya kelainan yang buat kita beda dari orang lain pasti tanggapan orang yang bertemu kita juga bakal unik, apalagi mereka yang belum tahu banyak. Nah, kejadiannya sih sebenarnya nggak sengaja.

Waktu itu bukan hal yang pertama pulang dari RSCM naik kereta ekonomi yang penumpangnya berjubel sampai ke atap kereta. Nggak ada tempat longgar kalau pulang di jam 5-8 malam. Semua kereta yang judulnya ekonomi pasti penuh, waktu itu belum ada kereta ekonomi AC dan kereta ekspress yang isinya orang-orang rapi nggak berhenti di stasiun Manggarai tempat saya menunggu kereta. Alhasil, daripada pulang terlalu malam saya pun memaksakan diri untuk masuk kereta.

Butuh seni tersendiri buat masuk gerbong yang kayak kaleng oven ini. Ada peraturan yang tidak tertulis kalau naik kereta. Buat cowok yang punya badan ngapas buat digencet biasanya nggak bakal dikasih jalan buat masuk kalau gerbong sudah padat. Butuh tenaga besar buat mendesak orang-orang yang sengaja bergelantungan di depan pintu. Kayaknya kesan penuh ini juga dibuat para copet yang nyamar jadi penumpang supaya mereka bisa dengan leluasa menyilet dan merogoh tas dan kantong orang. Percaya deh, kalau yang ini saya sudah pengalaman. Pengalaman dicopet pastinya, buktinya ada 3 handphone yang dah lenyap di kereta.

Nah, kalau sudah begini butuh, seni tersendiri buat masuk kereta caranya ya kita mesti cerdik. Orang-orang di kereta pasti memberi jalan buat para ibu-ibu terutama yang sudah berumur dan badannya cukup gede. Bukan apa kalau mereka tersangkut di pntu urusannya bakal lebih panjang karena suami mereka yang ada di belakang bakal marah nggak karuan. Nah, kalau keadaanya seperti ini kita yang mesti bergerak cepat segera saja bergerak di belakang ibu-ibu itu kalau perlu bisa juga berlagak membuka jalan buat ibu-ibu itu. Nah kalau sudah begini semua senang kan ibu-ibu itu bisa masuk kita pun juga leluasa masuk ke dalam.

Tapi persoalannya nggak selesai sampai di situ. Kebanyakan orang nggak bakal tahu kalau kita adalah pengidap Hemofilia sampai kita sendiri yang memberitahu dan karena kita nggak kelihatan seperti orang sakit maka nggak ada juga yang sudi bertukar posisi memberi tempat duduk buat kita di kereta. Yang ada malah kita yang kadang-kadang disuruh berdiri.

Nah, kejadiannya waktu itu terjadi sesudah saya berdiri selama satu setengah jam di gerbong kereta. So pasti dari atas ke bawah semua sendi berasa copot. Kalau sudah begini biasanya saya sudah tidak bisa lagi mengendalikan jalan lantaran rasa pegal, sakit sama lemas bercampur jadi satu. Akibatnya ya sudah pasti ketahuan, tidak sengaja kaki saya terperosok ke dalam sebuah lubang yang ada di dalam gerbong. Duh, siapa pula yang iseng buat lubang di dalam kereta yang gelap kayak begini? Yah, harap maklum deh namanya juga kereta ekonomi jadi wajar kalau kondisinya juga ekonomis.

Tapi bukan itu yang jadi masalah sekarang, yang jadi masalah adalah kaki yang sudah cenat-cenut sekarang tambah bercenut. Buat seorang Hemofilia yang dah ahli merasakan aura kesakitan (duh apa coba?) keadaan kayak begini bakal berubah jadi bengkak.

Untung saat itu jaman sudah jadi lebih baik. Obat yang dulu berbentuk darah cair sekarang sudah berubah jadi bubuk yang siap tersaji buat digunakan. Dengan perasaan tidak terlalu khawatir akhirnya saya pun pulang ke rumah dan berharap untuk segera disuntik.


Tapi, dasar lagi apes! Sesampainya di rumah saya baru sadar kalau saya lupa untuk membeli tabung suntik, sama saja bohong kalau begini! Akhirnya walaupun badan sudah terasa capek, mata ngantuk, saya pun pergi ke sebuah rumah sakit yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah.
Dan tahu nggak? Justru di rumah sakit ini saya mendapatkan kejutan, yang jelas bukan kejutan ulang tahun karena saat itu baru bulan Juni. Masih enam bulan lagi saya berulang tahun. Sama seperti di rumah sakit yang lain mereka pasti meminta data yang jelas mengenai riwayat pasien, tapi itu bukan perkara sulit karena saya sudah menyiapkan semuanya dan segera saya sodorkan ke hadapan dokter jaga sambil bilang kalau saya minta tolong untuk disuntik konsentrat. Dokter itu awalnya cuma melihat saya seperti tidak percaya, awalnya ragu tapi kemudian dia cuma berucap kagum “Hebat ya kamu bisa hidup sampai sebesar ini?” dan menyalami saya berkali-kali seperti baru melihat orang sakti keluar gua.
Awalnya saya cuma bisa bengong, bingung mau bilang apa yang keluar dari mulut saya spontan saat itu cuma “Eh ya bisa lah dok, Saya kan dikasih makan.”

Usut punya usut ternyata ya karena kurang informasi dokter itu mengira kalau semua penderita Hemofilia nggak bakal bisa hidup lebih dari usia belasan sementara waktu itu umur saya sudah lumayan lah buat dibilang ABG :P.

Akhirnya saya mengerti juga kadang-kadang banyak orang masih salah mengira tentang Hemofilia karena kurangnya informasi. Buat pelajaran buat saya juga sih kalau saya juga perlu buat bercerita tentang Hemofilia. Tapi kayaknya keren juga kalau setiap saya bilang kalau saya adalah penderita Hemofilia saya malah disangka orang sakti.


-Antonius Ari Sudana-

*di-copas dari note facebook dengan seizin penulis

2 komentar

  1. Freya Says:
  2. haha makanya jaga kesehatan yah. Yuk Yak Yuk

     
  3. Obbye Says:
  4. Asalnya mu Gw neh yang ngerepost...eeehhh dah keduluan... hikss...hihihihi

     

Posting Komentar


89P HIGHLIGHT


ShoutMix chat widget

FOLLOW US

89 PROJECT CREWs


PRODUCER

Robby Prasetyo

PRODUCTION MANAGER
Laila Ramdhini

SCRIPTWRITER SUPERVISOR
Lulu Fahrullah

SCRIPTWRITER & DIRECTOR
Bicky Perdana Putra

1st. ASSISTANCE DIRECTOR
Kiky Amalia Indria Furqon

2nd. ASSISTANCE DIRECTOR
Stevania Randalia Sembiring

DIRECTOR of PHOTOGRAPHY
Fadhli Ahmad

CAMERA DEPT. CREW
Muhammad Andhika Rahayu

CAMERA DEPT. CREW
Lutfi Muhammad

ART DIRECTOR

Yuki A. Nagarani

SET & PROPS
Reza Marza

MAKEUP & WARDROBE
Putu Ayu Andhira Santika

LOCATION & LOGISTIC MANAGER
Lisma Hardiyanti

SOUND RECORDIST
Rizky Indra Purnama

BOOMER
Immanuel Variant R.

EDITOR
Robby Prasetyo

DIRECTOR of BEHIND THE SCENE
Sintamilia Rachmawati

BEHIND THE SCENE CREW
Alvi Rahmawati

ADDITIONAL CREWs
Puput
Kasih Kisah
Ardhito Kristiono

Alam Jenuin D.
Iman Purnama

KOLOM PENDAPAT

!!! COMING UP NEXT !!!

!!! COMING UP NEXT !!!
Flickering Light casting | 1 - 3 Oktober 2010

ADMIN & KONTRIBUTOR BLOG 89 PROJECT